0
INJIL DI NUSA TIMUR ( Posted by ; Surya Andika )
Posted by Jesusinside
on
20.45
INJIL DI NUSA TIMUR ( Posted by ; Surya Andika )
MASA PERSIAPAN
BABAK PERTAMA: KEGIATAN MISSI DI INDONESIA, 1522-1677
Oleh: Dr. Th. van den End
Keadaan di Indonesia Sekitar Tahun 1500
Sekitar tahun 1500 belum ada kesatuan politis bernama ”Indonesia”. Pada zaman itu, wilayah negara Indonesia yang sekarang masih merupakan sebagian dunia pulau-pulau, Kepulauan Nusantara, yang terletak antara daratan Asia dan benua Australia. Di dunia ini berbagai kerajaan muncul dan tenggelam lagi. Dengan kekecualian beberapa daerah terpencil saja, kerajaan-kerajaan ini berhubungan dengan dunia luas lewat jalur-jalur perdagangan. Barang-barang ekspor yang terkenal ialah lada dari Aceh, dan cengkih serta pala dari Maluku Utara. Lewat serangkaian pelabuhan di Asia Tenggara, India, dan Timur Tengah, rempah-rempah itu diangkut ke Eropa. Lewat jalur itu juga masuklah gagasan-gagasan baru dan teknologi baru.
Sejak awal tarikh Masehi, agama Hindu dan Buddha, yang datang dari India, mempunyai pengaruh besar, khususnya di Sumatera dan Jawa. Tetapi, di daerah lain pola hidup masih ditentukan oleh agama tradisional suku-suku Melayu-Polinesia. Mulai tahun 1300, agama Islam, yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari India Barat, memperoleh kedudukan yang semakin kuat. Agama itu masuk lebih dahulu ke Aceh, dan dari sana meluas ke selatan dan timur. Sekitar tahun 1525 seluruh pantai utara dan sebagian besar pedalaman Pulau Jawa sudah dikuasai oleh raja-raja Islam. Agama Islam tertanam juga di pesisir Sumatera dan sebagian Kalimantan. Tetapi keadaan alam kedua pulau besar ini menyebabkan baru dalam abad ke-19 agama tersebut dapat masuk di pedalaman. Dari Jawa, Islam melompat ke Maluku dan ke Mindanao Selatan dengan melewatkan Pulau Sulawesi (Makasar baru masuk Islam tahun 1605).
Karena Missi Katolik dan di kemudian hari Gereja Protestan paling berkembang di Indonesia Timur, keadaan di sana, khususnya di Maluku, hendak digambarkan lebih terinci.Wilayah Maluku terpecah belah dari sudut etnis, politis, dan religius. Penduduknya termasuk pelbagai suku, yang masing-masing mempunyai bahasa sendiri. Di kawasan Maluku Utara terdapat beberapa kerajaan, antara lain Ternate dan Tidore. Di bagian lain Maluku tiap-tiap kampung berdiri sendiri, tetapi pengaruh Ternate dan Tidore semakin meluas. Mulai dari paroan kedua abad ke-15, sebagian orang Maluku menerima agama Islam, khususnya para raja di utara, yang kemudian menyandang gelar sultan, dan penduduk jazirah Hitu di Pulau Ambon. Tetapi sebagian lagi berpegang pada agama suku, antara lain sebagian besar penduduk Halmahera dan kampung-kampung di jazirah Leitimor. Akhirnya perlu disebut bahwa penduduk Maluku terbagi menurut pola dualistis, yang mempertentangkan golonganPatasiwa dan Patalima. Ternate termasuk kaum Patalima, Tidore kaum Patasiwa. Keadaan ini melahirkan peperangan terus-menerus. Di tengah dunia yang bergejolak ini, orang Portugis yang masuk pada awal abad ke-16 hanya merupakan satu kekuatan di tengah begitu banyak kekuatan lain; mereka tidak dapat menentukan sendiri haluan yang hendak mereka tempuh, tetapi lebih banyak harus bereaksi terhadap aksi pihak lain.
Masuknya Agama Kristen
Permulaan sejarah agama Kristen di Indonesia tidak sama dengan permulaan sejarah Gereja Protestan. Pada tahun 1605 agama Kristen sudah tidak lagi merupakan barang asing di Kepulauan Nusantara. Mungkin sekali pedagang-pedagang Kristen dari Khalifat Arab atau dari India Selatan menginjakkan kaki di Indonesia mulai dari abad ke-7 atau ke-8 M. Pada tahun 1323-1324 seorang anggota Ordo Fransiskan, Oderico de Pordenone, mengunjungi Kalimantan, istana Majapahit, dan Sumatera. Dua puluh tahun kemudian seorang utusan Sri Paus bertemu dengan sejumlah orang Kristen di Sumatera [SGA I, 34v]. Akan tetapi, pada zaman ini agama Kristen belum berakar di bumi Indonesia. Jemaat-jemaat yang mungkin ada tidak meninggalkan bekas, dan bagaimanapun hanya terdiri atas pendatang.
MASA PERSIAPAN
BABAK PERTAMA: KEGIATAN MISSI DI INDONESIA, 1522-1677
Oleh: Dr. Th. van den End
Keadaan di Indonesia Sekitar Tahun 1500
Sekitar tahun 1500 belum ada kesatuan politis bernama ”Indonesia”. Pada zaman itu, wilayah negara Indonesia yang sekarang masih merupakan sebagian dunia pulau-pulau, Kepulauan Nusantara, yang terletak antara daratan Asia dan benua Australia. Di dunia ini berbagai kerajaan muncul dan tenggelam lagi. Dengan kekecualian beberapa daerah terpencil saja, kerajaan-kerajaan ini berhubungan dengan dunia luas lewat jalur-jalur perdagangan. Barang-barang ekspor yang terkenal ialah lada dari Aceh, dan cengkih serta pala dari Maluku Utara. Lewat serangkaian pelabuhan di Asia Tenggara, India, dan Timur Tengah, rempah-rempah itu diangkut ke Eropa. Lewat jalur itu juga masuklah gagasan-gagasan baru dan teknologi baru.
Sejak awal tarikh Masehi, agama Hindu dan Buddha, yang datang dari India, mempunyai pengaruh besar, khususnya di Sumatera dan Jawa. Tetapi, di daerah lain pola hidup masih ditentukan oleh agama tradisional suku-suku Melayu-Polinesia. Mulai tahun 1300, agama Islam, yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari India Barat, memperoleh kedudukan yang semakin kuat. Agama itu masuk lebih dahulu ke Aceh, dan dari sana meluas ke selatan dan timur. Sekitar tahun 1525 seluruh pantai utara dan sebagian besar pedalaman Pulau Jawa sudah dikuasai oleh raja-raja Islam. Agama Islam tertanam juga di pesisir Sumatera dan sebagian Kalimantan. Tetapi keadaan alam kedua pulau besar ini menyebabkan baru dalam abad ke-19 agama tersebut dapat masuk di pedalaman. Dari Jawa, Islam melompat ke Maluku dan ke Mindanao Selatan dengan melewatkan Pulau Sulawesi (Makasar baru masuk Islam tahun 1605).
Karena Missi Katolik dan di kemudian hari Gereja Protestan paling berkembang di Indonesia Timur, keadaan di sana, khususnya di Maluku, hendak digambarkan lebih terinci.Wilayah Maluku terpecah belah dari sudut etnis, politis, dan religius. Penduduknya termasuk pelbagai suku, yang masing-masing mempunyai bahasa sendiri. Di kawasan Maluku Utara terdapat beberapa kerajaan, antara lain Ternate dan Tidore. Di bagian lain Maluku tiap-tiap kampung berdiri sendiri, tetapi pengaruh Ternate dan Tidore semakin meluas. Mulai dari paroan kedua abad ke-15, sebagian orang Maluku menerima agama Islam, khususnya para raja di utara, yang kemudian menyandang gelar sultan, dan penduduk jazirah Hitu di Pulau Ambon. Tetapi sebagian lagi berpegang pada agama suku, antara lain sebagian besar penduduk Halmahera dan kampung-kampung di jazirah Leitimor. Akhirnya perlu disebut bahwa penduduk Maluku terbagi menurut pola dualistis, yang mempertentangkan golonganPatasiwa dan Patalima. Ternate termasuk kaum Patalima, Tidore kaum Patasiwa. Keadaan ini melahirkan peperangan terus-menerus. Di tengah dunia yang bergejolak ini, orang Portugis yang masuk pada awal abad ke-16 hanya merupakan satu kekuatan di tengah begitu banyak kekuatan lain; mereka tidak dapat menentukan sendiri haluan yang hendak mereka tempuh, tetapi lebih banyak harus bereaksi terhadap aksi pihak lain.
Masuknya Agama Kristen
Permulaan sejarah agama Kristen di Indonesia tidak sama dengan permulaan sejarah Gereja Protestan. Pada tahun 1605 agama Kristen sudah tidak lagi merupakan barang asing di Kepulauan Nusantara. Mungkin sekali pedagang-pedagang Kristen dari Khalifat Arab atau dari India Selatan menginjakkan kaki di Indonesia mulai dari abad ke-7 atau ke-8 M. Pada tahun 1323-1324 seorang anggota Ordo Fransiskan, Oderico de Pordenone, mengunjungi Kalimantan, istana Majapahit, dan Sumatera. Dua puluh tahun kemudian seorang utusan Sri Paus bertemu dengan sejumlah orang Kristen di Sumatera [SGA I, 34v]. Akan tetapi, pada zaman ini agama Kristen belum berakar di bumi Indonesia. Jemaat-jemaat yang mungkin ada tidak meninggalkan bekas, dan bagaimanapun hanya terdiri atas pendatang.